Judul Cerpen Lara Senjaku, Nda
Cerpen Karangan: Pho
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Sastra
Lolos moderasi pada: 22 October 2016
Mengenalmu, aku menemukan sesuatu dalam dirimu yang buatku nyaman.
Tak terasa, beberapa bulan ini kulalui dengan indah, tanpa sehari pun
terlewati untuk sekedar bertanya “apa kabar?”
Entahlah… Sampai saat ini pun aku tak bisa mendefinisikan semua ini.
Yang pasti ada rasa sayang meski tak terkata, rasa cemburu meski tak
terucap, bahagia, curiga, dan selayaknya pasangan kekasih.
Yang berbeda adalah tak pernah ada kata-kata jadian ke luar dari
mulut indahmu, walaupun telah beberapa kali aku mengungkapkan perasaanku
padamu.
Kadang ingin kutanyakan perasaanmu yang sesungguhnya. Namun aku takut
semua berubah. Rasa takut kehilangan apa yang telah susah payah
kubangun bersamamu.
Meski aku sadar, pohon waktu semakin tinggi, bukan saatnya lagi
berdiam dalam hubungan yang abu-abu. Namun sekali lagi, aku takut
menanyakan ini padamu. Aku membiarkan semua pertanyaan dalam benakku
menguap begitu saja.
Aku mengikuti setiap irama yang kau ciptakan dalam hubungan ini. Yah,
walaupun kamu cenderung diam dan cuek. Namun aku selalu berusaha
memahamimu. Selama kita bisa berkomunikasi dengan baik, segala perbedaan
dan jarak, nyaris tak terasa.
Aku paham caramu membalas pesan BBM kadang lama, paham betapa cueknya
kamu dengan orang-orang yang baru sepertiku ini. Aku akui, Kamu bisa
care sama aku, hanya untuk berbagi saja, aku bahagia.
Dan saat aku tahu bahwa cinta ini tak terbalas. Aku hanya merasakan
kegetiran yang datang menyelimuti di dalam kegundahan hati. Tak bisa
kusentuh, tak bisa kurengkuh, tak bisa kupeluk, dan tak bisa kusapa. Aku
hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Aku hanya bisa sebatas Mengagumimu.
Bahkan untuk cemburu pun, aku tak berhak.
Apakah kamu tau bahwa aku menyimpan rasa ini untukmu? Apakah kamu tau
cinta yang ada di dalam hati ini tercipta untukmu. Banyak hati yang
menghampiri, banyak cinta yang datang. Namun hanya satu tujuan cintaku.
Hanya satu yang aku harapakan. Hanya satu rasa sayang yang
kupersembahkan.
Mungkin kau tak pernah sadar, Tapi Tuhan tau. Rasa yang kusimpan
baik-baik ini, jauh di relung hati. Membawa sejuta cinta untukku. Kau
membuat aku gila, membuatku mencoret-coret buku yang tak tentu. Semua
itu kulakukan hanya untuk menghilangkan rasa cemburu yang bergejolak
dalam hatiku.
Apakah aku terlalu Bodoh, karena Aku masih saja mengharapkan
cintamu…? Aku pun tak memahaminya. Cukuplah hanya aku dan Tuhan yang
tahu.
Kelak, bila suaraku tak lagi kau dengar di rabun malam, di
jalan-jalan sebelum menempuh kota, hanya kan terlihat para pengemis
kecil meringkuk, meminta bulan jatuh, atau bintang untuk selimut dari
takdir yang menggigil.
Dan aku…
Adalah penyair yang gagal untuk membaca peta di hatimu. Atau bila
puisi-puisiku tak lagi menggetarkan jiwamu karena sepanjang waktu kau
lewati.
Hanya lagu-lagu muram, senandung bocah kehilangan angan. Kehilangan
rumah dan harapan, tergadai dalam rusuh dan keruh. Maka kata-kata adalah
sebuah serpihan sisa yang teronggok di pinggir jalan.
Saat kesepian saja bisa kau baca, mungkin aku, atau syair-syairku
tengah berjalan ke dalam kelamnya malam. Kucoba untuk tahu diri. Kucoba
untuk tak sakit hati. Ku sadar engkau adalah wujud dari keindahan,
sedangkan aku hanyalah perwujudan dari gelapnya bayang-bayang.
Walau cinta ini menyakitkan. Tapi bagai candu yang tak bisa
kulepaskan. Kutahu kini engkau telah bersanding dengan sang mentari. Ku
sadar kini engkau dikelilingi bintang-bintang yang menari indah,
sedangkan aku hanya ibarat kunang-kunang yang hanyut dalam pandangan.
Hanya dapat menatapmu dari kejauhan. Berusaha terus bersembunyi dari
tajamnya tatap matamu yang laksana sinar, menghapus kegelapan.
Aku sadar, aku mengerti, aku memahami, dan aku tahu diri. Sekuat
apapun kulawan, hati ini tetap terus bergumam. Menyanyikan lagu-lagu
rindu, mengirim isyarat pada sang jiwa.
Kucoba sembunyikan sayap-sayap yang terus mengepak di dalam dadaku.
Ku coba membelenggu hati yang selalu ingin terbang menuju hatimu. Bukan
karena aku tak ingin, bukan pula karena aku tak mampu. Tapi aku tahu
diri, siapalah aku ini.
Mungkin di waktu ini sinarnya lebih menyilaukan di matamu, di
bandingkan dengan sinar redupku. Tapi, aku janjikan satu hal padamu,
ketika sinar yang membutakanmu itu pergi dan hilang. Ku kan muncul dari
gelapnya bayang-bayang dunia yang kurajut untuk menuju hatimu yang
mungkin kan menangis pilu di waktu itu.
Membawa setitik cahaya yang lebih terang dari pada sinar mentari, yang telah melupakanmu. Karena, cahaya itu adalah hatiku.
Tapi sebelum saat itu tiba, ku kan setia menunggumu di sini. Dalam
dunia bayangan yang kuciptakan sendiri. Berteman rasa sakit dan rindu
yang terus menghujam hati. Dari kejauhan ini, hanya bisa kubisikan kata
lirih yang tak mungkin dapat kau dengarkan.
Kini, engkau tak perlu menjauh dariku. Karena aku tahu cara melangkah untuk mundur dari kehidupanmu dengan lapang dada.
Aku hanya berharap engkau bisa menghargai seseorang yang tulus kepadamu,
walaupun perasaan itu tak kamu balas. Dan janganlah pernah kamu
menyesali apa yang telah kamu lakukan. Serahkan semuanya pada Tuhan yang
Maha Kuasa.
sumber: http://cerpenmu.com/category/cerpen-sastra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar