Cerpen Karangan: Indra Siwenk Ma'arif
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Sastra
Lolos moderasi pada: 31 July 2016
aku masih ingat, dengan sangat jelas, hari itu jam delapan malam
sebelum pesta tahun baru, tak perlu disebutkan itu tahun berapa. Di
pelataran trotoar yang basah disapu air hujan, aku melihat seseorang
menelan MDMA, sebuah ramuan yang dipercaya sebagai “PIL CINTA”, obat
jalanan yang ampuh bagi orang yang sedang dalam misi genosida mentalnya.
Tak butuh waktu lama, 30 menit setelah tembakan pertama dan berlanjut
pada beberapa jam yang berjalan, ia tak henti hentinya mengatakan “Saya
adalah jeruk, jangan kupas saya, saya jeruk dan jangan kupas saya, dan
itu pun berlanjut terus hingga pada part yang disebut KLIMAKS, ia
berpikir bahwa ia adalah seekor ngengat, dan tak henti hentinya
membenturkan diri di tiang lampu kota.
Sekali lagi, itu cukup buat ku paham, bahwa saya dihadapkan pada
sebuah cermin yang maha besar, lengkap dengan rangkaian peristiwa yang
terekam di dalamnya, sebuah intisari dari beberapa pilihan terbaik
sekaligus terburuk yang pernah kuperbuat dalam hidup.
Adalah Psilocybin Cubensis, orang orang dengan istilah Psychonauts
menyebutnya sebagai Jamur Ajaib, sebuah zat halusinogen yang ditemukan
dan digunakan ribuan tahun yang lampau, obat ini berkhasiat psikedelik
dan itu kuat, teramat sangat kuat, 8 jam, dan itu tak terhindarkan,
dimana saat jiwa terombang ambingkan pada sebuah perjalanan halusinasi
yang di sisi lain mencerahkan sebab penuh dengan kejadian kosmis dan
spiritual, namun sebaliknya juga menghancurkan, terperanjat dan jelas
melukai mental akibat masuknya diri pada sebuah labirin dan lorong juga
lingkaran ilusi serta gangguan visual menakutkan yang seperti tak
berujung.
Ah rasanya seperti bernostalgia, ini adalah sebuah part dari rak
memori yang sempat berhamburan dan harus kutata rapi, aku mulai mengenal
zat itu sekitar 4 tahun yang lalu terhitung dari tahun sekarang, entah
beberapa kali saya menggunakannya, aku tak ingat, atau lebih tepatnya
tak mau mengingat, aku terlalu terlena dan gembira. Tebak saja, beberapa
tangkai Psilocybin setara dengan dosis teramat kecil cukup membuatku
hilang berantakan dan tersedot dalam kondisi trance yang amat luar
biasa, yah, luar biasa bingungnya.
Ada pada suatu waktu, dengan dosis yang moderat dan high,
memberikanku sebuah pengalaman yang merubah hidup. Bayangkan saja,
ketika matamu dimanjakan oleh kilatan cahaya dan serbuk pelangi di
sekelingmu, sebuah keindahan yang tak pernah kau temui dalam kondisi
kesadaran yang biasa, bagaimana rasanya ketika persepsi, kenangan dan
juga afeksimu berbaur dan tercampur aduk menjadi satu, menjadi sebuah
satu kesatuan, kesejatian yang utuh dan berkomplikasi persis seperti
salah satu scene di film alice in wonderland dan dalam beberapa jam
itulah semuanya terjadi. aku merasa terlahir kembali, merasa sangat suci
dan terkuduskan seperti bayi dengan warna merah merona yang baru
berontak dari rahim ibunya, tanpa dosa dan nista, indah dan tak
tertandingi. Beberapa jam itu saya disuguhi oleh mahakarya dari sebuah
seni, seni yang tak biasa, seni yang melebihi realitas yang mendistorsi
logika dan hati, seni yang bersifat surealis namun lebih kuat, 100 x
bahkan 1000 x lebih kuat. Dimana semuanya di mulai dengan beberapa benda
tak nyata yang merayap di kulitku hingga menyeretku secara paksa namun
lembut. Membimbing sukmaku melewati bagian dimensi tertinggi, dimensi
yang asing dan astral, saya menyebutnya dimensi “KESEJATIAN”
Satu persatu kenangan masa lalu terlintas dan semakin berhamburan,
apalagi ketika mata terpejam, bisa dijelaskan seperti sebuah roller
coaster berupa layar LCD yang tak terhingga terbalut dengan gambar dari
peristiwa yang pernah kulalui. Banyak yang kutemui, sebut saja makhluk
surealis yang tak berbentuk secara wajar dengan campuran warna abstrak
yang menyengat dan mengagetkan, hingga rangkaian koloni lebah raksasa
yang tak pernah ingin kulihat lagi. Lebih dalam lagi, waktu dan masa
semakin tak diketahui keberadaannya, semuanya menjadi kacau namun indah,
menit berasa seperti jam, dan ruang yang terasa hampa mirip seperti
ruang angkasa yang bahkan aku juga tak pernah tau bagaimana ruang
angkasa itu sebenarnya. Cukup lama saya menyaksikan gerbong gerbong
peristiwa itu, dan sekali lagi membuat aku berusaha sangat keras agar
tidak kehilangan kontrol diri dan berusaha merangkak ke luar dari zona
halusinasi. Dan…
Itu bekerja, lambat laun mulai dapat menyesuaikan diri, hingga sampai pada sebuah hamparan padang rumput yang luas, sebuah hamparan intropeksi dan perenungan yang dalam, teramat sangat dalam.
Itu bekerja, lambat laun mulai dapat menyesuaikan diri, hingga sampai pada sebuah hamparan padang rumput yang luas, sebuah hamparan intropeksi dan perenungan yang dalam, teramat sangat dalam.
Aku teringat, dan secara tidak langsung berhasil membuatku kembali
merasakan rasa sakit, sakit yang tak terkira, sakit yang pernah mengoyak
dan memporak porandakan perasaanku, sakit yang sama ketika saya
kehilangan seseorang yang disayangi, yang pergi dengan membawa bongkahan
hati dan meninggalkan lubang yang besar yang entah kapan lubang itu
akan terisi dengan padat kemudian hidup dan sembuh kembali. Aku ingin
meledak, ingin teriak namun apa daya? teriakanku tak kan sampai pada
keyataan karena faktanya aku sedang berada dalam kondisi tak nyata, aku
merasa terkucil dan rapuh, mirip bayi dan itu menyakitkan. Entah kenapa
tiba tiba saya merasa sangat sendirian, rasa gembira diawal ketika mulai
keracunan mendadak terjun bebas pada palung dan jurang yang gelap dan
berlumut, dingin dan sepi. Ah, aku merasa sangat kesepian kali ini,
apalagi di luar mulai turun hujan, entah hujan itu nyata atau tidak.
Dalam kondisi ketidaksadaran ini hanya satu yang kulihat dan rasakan
dengan jelas, dan sialnya lagi satu satunya hal yang ku sadari ialah
ungkapan dari sebuah kata yang bernama “RINDU”.
“Bagaimana rasanya ketika kau sedang rindu? berada dalam persimpangan
antara kerinduan dan melupakan, kira kira mana yang kau tuju? yang
jelas itu berat, ketika hati diapit pada 2 pilihan. Antara rindu dan
melupakan mau tak mau kau harus mengorbankan salah satu”
Tentu kau tau seperti apa rasanya, tak perlu dijelaskan, terserah
bagaimana caramu memandang, bagaimana caramu menikmatinya, dari sudut
dan sisi manakah yang kau lihat, seperti apa caramu memaknainya, bagiku
itu bukanlah masalah, karena aku tau pikiran dan hati seseorang tidak
berdetak dengan sama, mereka berdetak di luar yang diperkirakan. Seperti
halnya kerinduan dan melupakan, sebuah kontradiksi dan perang yang tak
pernah usai, dimana dalam satu sisi kau merindukan namun di sisi lain
hendak melupakan, hingga rindu dan melupakan hampir tak berjarak.
Cukup lama aku berkubang dalam album kenangan ini, memalukan rasanya,
melihat diri ini yang seharusnya berkembang justru terjerembab dalam
rekahan dan ratapan dari lambaian kenangan. Memalukan juga rasanya
dimana sekali lagi menyerah tak melawan dihadapan kenangan, dihadapan
peristiwa, di hadapan rasa rindu yang kadang sangat kejam dan begitu
lemahnya diri ini ketika mencoba memungut kembali serpihan hati yang
terserak, merekat kannya menjadi semula, mengupulkannya jadi satu dan
menyambungnya sembari berharap tak pecah lagi, namun, harapan seperti
tak memihak, kembali perasaan ini pun pecah tak karuan dan aku harus
mencoba mengumpulkannya dengan susah payah dari awal lagi. Dan lebih
memalukannya, aku terus melakukan hal itu sejak 5 tahun yang lalu.
Pikiran dan perasaanku semakin semrawut, lebih mawut dari jalanan di
jakarta yang ruwet, lebih ruwet lagi dari gumpalan rambut dan benang
yang kusut, lebih kusutlah lagi diri ini, ingin rasanya perjalanan tak
nyata ini ku akhiri, namun itu mustahil, kontrak ku dengan zat ini masih
berakhir beberapa jam lagi, hingga pada kabut kesemrawutan ini
kutemukan sebuah pelajaran yang tak pernah ku dapatkan ketika ku duduk
di belakang meja kuliah mendengarkan pemberi materi yang mungkin juga
tak tau apa yang diceramahkannya. Dan yang pasti, itu sedikit menghibur,
tidak, mungkin lebih dari sebuah hiburan, karena konteks dan teksturnya
jauh berbeda, yap, ini adalah sebuah pencerahan, sebuah jalan yang
menunjukan kepada arah keluar, dan itu sejati, sangat sejatu. Oke,
setidaknya aku paham materinya, ini hanyalah soal hati, hanyalah sebatas
afeksi, hanyalah sebuah sayatan kecil yang terlalu kubesar besarkan.
“HADAPI SAJA”, Suara itu datang dalam ingatan yang hampir tak
tersisa, sebuah gumpalan semangat sebesar butir debu, adalah lentera
yang selama ini menguatkanku, yang sayangnya baru bisa terpanggil ketika
dalam keadaan setengah mabuk dan hampir tak sadar. Aku mulai
bersemangat lagi, kegembiraan yang sempat lenyap ketika onset pertama
dengan zat ini muncul dan mulai berdatangan kembali, ramai ramai dengan
suara yang jelas kudengar, seperti suara keramaian yang bergejolak,
gumpalan kecil itu semakin lama semakin membesar, aku bisa rasakan lewat
adrenalin dan otot tempat darahku mengalir, menuju pada sebuah
neurotransmitter di otaku, entah dopamin atau serotonin aku tak cukup
tau, yang jelas ini adalah sebuah pertanda bahwa kontrak ini akan segera
berakhir dan menuju kesadaran yang benar benar sadar. Gerombolan itu
mirip seperti teman temanku.
Hemmm … apa? teman?. oke, bicara tentang teman, mungkin adalah sebuah obat mujarab yang berkhasiat dan memiliki potensi penyembuhan yang cukup kuat, melebihi zat yang kini mengaliri aliran darahku.
Hemmm … apa? teman?. oke, bicara tentang teman, mungkin adalah sebuah obat mujarab yang berkhasiat dan memiliki potensi penyembuhan yang cukup kuat, melebihi zat yang kini mengaliri aliran darahku.
Ialah sebuah ikatan, tak peduli apapun bentuk ikatan itu, yang jelas
di dalamnya terdapat benih benih cinta dan kasih sayang dan hebatnya
lagi, dan lebih hebatnya lagi itu dapat menyelamatkan perasaan yang
terkulai akibat luka dari kejadian masa lalu, entah bagaimanapun bentuk
luka dalam hati hanya ada satu obat dan ramuan mujarab. Obat itu adalah
“KASIH SAYANG” dan parahnya lagi ia ada di sekelilingku, dimana mana, di
depan mataku, ketika aku kembali membuka mata yang 5 tahun ini
terpejam. Dan, sejauh aku memandang aku kembali melihat dengan sangat
bersih dan jelas, bahwa apa yang dicari ialah sebuah hal yang sederhana
namun mendamaikan, adalah KASIH SAYANG
Kasih sayang, hanya itu yang membuat hati menjadi lebih hidup, adalah
kasih dan sayang, yang mendamaikan dan menuntun jiwa yang tersesat,
juga hanya kasih sayanglah yang mampu mententramkan perasaan yang pernah
terluka dan tersayat parah. Dan berawal dari mengenal kasih sayanglah
semua bisa di jelaskan. Bahwa, lubang yang ada di hati hanya bisa diisi
oleh orang lain, hanya bisa di isi oleh kasih sayang dari hati yang
lain, bagaimanapun lubang itu akan bisa sedikit demi sedikit tertimbun
dengan hadirnya orang lain dalam hidup kita, lahirnya sebuah ikatan demi
ikatan dengan perasaan yang berwarna setiap harinya, munculnya sebuah
hubungan hubungan yang mulai mengusik dan membunuh rasa sepi, mematahkan
kerinduan yang kadang kejam dan tak manusiawi, sebab kalian pun akan
mulai mengerti, bahwa sekuat apapun manusia, ia tidak akan pernah menang
melawan kesendirian. Ketika hatimu mulai menabur benih benih perasaan
itu dan disebarkan di seluruh tempat yang kau pijak maka lubang hati
yang menganga itu pun akan tertutup, rapat dan rapi, sehingga membentuk
sebuah hati yang baru, hati yang benar benar baru, pikiran dan perasaan
yang baru, jiwa yang benar benar baru, dan semakin kau menebarnya
semakin pula kau dapatkan perasaan kasih itu, karena itu ibarat hukum
alam, dimana ada bentuk disitu ada bayangan, ibarat kata, dimana kau
tanam benih disitulah akan tumbuh tanaman dan buah, buah yang sangat
nikmat sebagai ganti dari kerja keras mu untuk memulainya. Bahwa nyata
nya, kita membutuhkan orang lain dan sebaliknya, ketika kita mampu
menempatkan diri pada tempat yang tepat, maka kebahagiaan akan terwujud,
sama seperti YIN dan YANG, IZANAMI dan IZANAGI dalam legenda tionghoa,
dimana keduanya di bentuk oleh landasan yang sama.
Dan semua itu diawali dengan hal yang sederhana, sangatlah sederhana,
yakni dengan memberi. Yah, memberikan perasaan kasih sayangmu pada
orang lain, membangun ikatan dengan nya, ikatan dengan banyak orang,
ikatan yang akan terus merambat hingga ke inti bumi dan dunia, hingga
tiba pada suatu bagian dalam sejarah hidupmu bahwa kita pernah merasakan
bagaimana wujud dari keindahan, adalah kebahagiaan yang sejati.
Oh betapa bersyukurnya, tak sengaja kutemukan jawaban lewat racun
yang selama ini ditelan, ada untungnya juga menjadi seorang ilmuwan
bajakan yang mencoba menyusun laporan eksperimen sensation seekingnya
dengan latar belakang dan panorama dunia Psikotropika lengkap dengan
hiruk pikuk dan kabar tentang penyalahgunaan zatnya, dan, aku merasa
sangat tercerahkan, terbangun dari tidur yang panjang, kini aku mulai
menyukai terang tanpa melupakan kegelapan, sebab berawal dari gelaplah
terbitlah terang, beruntunglah mereka manusia manusia yang sempat
berjaya dalam gelap kemudian berjalan menuju terang membawa segudang
pengalaman yang tak pernah selesai diceritakan, hingga ketika aku
selesai menulis kata acak kadut ini, aku masih menikmati semua yang
pernah berlalu dan terproses.
Hingga tiba-tiba sebuah tangan lembut menyentuh rambutku.
“Bangunlah Sayang, ayo pulang” Gumamnya lirih.
Cerpen Karangan: Indra Siwenk Ma’arifsumber: http://cerpenmu.com/cerpen-fantasi-fiksi/bangunlah-sayang-sudah-waktunya-pulang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar