Senin, 21 November 2016

Bunga terakhir

Judul Cerpen Bunga Terakhir
Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Cinta Sedih
Lolos moderasi pada: 21 November 2016

Di sebuah toko bunga berjejer beribu-ribu pot bunga berbagai ukuran yang berisi tanaman bunga berwarna-warni dengan berbagai jenis.
“serangga kamu lagi apa?”. tanya seorang gadis kepada seorang pria yang sedang asik menata pot bunga.
“jangan sebut aku dengan sebutan itu”. jawab seorang pria yang kini beralih menatap gadis di hadapannya.
“kamu kan kupu-kupu dan aku bunganya”.
“ya sudah, kok tumben pagi-pagi udah kesini?”.
“aku kan kangen sama kamu”.
“benarkah itu bungaku?”. tanya pria itu dengan nada menggoda dan tersenyum manis. Sementara gadis di hadapannya bersemu merah merona.
Mereka adalah pasangan kekasih yang dipertemukan di toko bunga milik Leo. Awalnya Lea seorang gadis yang hobi menanam bunga, saat itu ia tak sengaja bertemu dengan Leo sang pemilik toko yang tampan yang mampu membuatnya jatuh cinta. Sudah dua tahun lebih mereka pacaran.
“serangga Leo, besok hari minggu kita olahraga bareng ya?”.
“lalu toko ini?”.
“biar pegawai kamu saja yang menjaganya, sekalian aku ingin perkenalkan kamu ke teman-temanku”.
“iya, iya bungaku yang cantik”.
Pada keesokan harinya.
“ayo lari, ayo Leo!”. ajak Lea yang berlari kecil di hadapan Leo.
“aku lelah”. ucap Leo terengah-engah.
“aku duluan ya?, kita nanti bertemu di kafe saja, dah!”. ucap Lea berlari mendahului Leo.
Disaat itulah Leo merasakan sakit pada dadanya, ia terbatuk-batuk terdapat darah yang keluar dari mulutnya.
Di kafe
“kenalkan ini pacar aku namanya Leo”. ucap Lea memperkenalkan Leo kepada teman-temannya.
“hai, salam kenal”. sapa Leo ramah.
Mereka duduk sambil berbincang-bincang.
“kamu kerja apa?”. tanya teman Lea kepada Leo.
“aku bekerja di toko bunga milikku sendiri”.
“toko bunga?, pacarku seorang pengusaha batu bara”. ucapya terkesan sinis.
“kalau pacarku seorang pilot loh!”. sambung teman Lea yang satunya.
Di toko bunga
“maafin teman-temanku soal yang di kafe tadi ya?, mereka itu memang suka pamer”.
“tidak apa-apa, sudah sore sebaiknya kamu pulang, maaf kalau tidak bisa mengantarmu”.
“tidak apa-apa, ya sudah aku pulang dulu ya?”.
“hati-hati di jalan”.
“iya, bye”.
Lea tersenyum sebelum ia menghilang dari balik pintu kaca toko, Leo meneteskan air mata menatap kosong ke arah depan.
Seorang gadis terengah-engah di atas tempat tidur tubuhnya basah oleh keringat, ternyata cuma mimpi pikirnya saat menyadari matahari menerobos kaca jendela kamarnya. Ia segera bergegas menemui pria yang ia cintai yang menjadi tokoh utama dalam mimpi buruknya semalam, memastikan Leo baik-baik saja.
“permisi pak, tuan muda ada?”. tanya Lea kepada petugas kasir.
“oh ada non di belakang sedang menyiram bunga”.
“terima kadih pak, permisi”.
Lea berjalan menuju halaman belakang toko bunga milik Leo, ada perasaan lega mengetahui Leo baik-baik saja. Tak terasa air mata Lea menetes, senyum bahagia menggembang di wajahnya, ia berlari dan langsung memeluk kekasihnya itu dari belakang.
“eh, kok main peluk aja”.
“hiks, kamu membuatku khawatir tau!”.
Leo yang mendengar Lea menangis, segera melepas pelukannya dan membalikan badan menghadap gadis yang ia cintai.
“kamu kenapa?”.
“kamu jahat!”.
“apa?, aku tak melakukan apapun, baiklah aku mengaku salah sebagai gantinya ayo beli ice cream sambil bersepeda”. Ajak Leo.
Mereka pun menaiki sepeda, mereka berhenti sejenak di taman menikmsti udara sejuk dan memakan ice cream. Inilah cara sederhana mereka menjalani cinta namun penuh makna.
“Lea bagaimana jika aku pergi?”.
“pergi kemana?”.
“pergi ke suatu tempat yang tak mungkin kamu dapat menyusulnya”.
“aku akan menagis sepanjang waktu, kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?”.
“bagaimana kalau nanti malam kita makan malam di taman belakang toko bungaku?”.
“baiklah”.
Malam harinya, taman belakang toko bunga milik Leo telah didekorasi dengan suasana romantis. Lilin pasang sepanjang jalan masuk.
Mereka berdua sedang menikmati bintang-bintang dan duduk di rumput yang ditaburi bunga mawar berbentuk hati yang dikelilingi oleh lilin. Setelah merasa cukup mereka kembali ke meja makan dan duduk berhadapan. Untuk kesekian kalinya Leo terbatuk-batuk.
“kamu kenapa?, wajahmu pucat”.
“aku baik-baik saja, aku ingin memberimu ini tolong jaga baik-baik untukku”. ucap Leo memberi kotak cincin kepada Lea.
“kau,”.
“iya, tapi mungkin bukan aku yang memakai cincin yang satunya, terima kasih atas cinta yang kau berikan, maaf kan aku tak bisa mendampingimu selama sisa hidupmu, aku akan pergi ke suatu tempat yang jauh dan kau tak bisa menjangkaunya dan berjanjilah jangan menangisiku sepanjang waktu itu menyiksa diriku dan dirimu, jaga kesehatan jangan bekerja sampai larut malam”.
“k, ka, kau tak serius kan? jawab aku Leo!!, kau tak boleh pergi begitu saja!!”. ucap Lea menangis tanpa suara namun berucap dengan nada bergetar.
Leo terbatuk-batuk, darah telah membasahi bibirnya wajahnya semakin memucat. Darah itu menetes mengenai kelopak bunga berwarna putih membuatnya berubah merah namun tidak merata, tubuhnya limbung ke lantai. Lea memangku tubuh tegap yang kini tak berdaya dengan air mata yang terus mengalir deras.
“aku belum siap jika mimpi itu jadi nyata tapi apa daya jika Tuhan menghendakinya”.
“maaf”. ucap Leo lirih dan untuk terakhir kalinya.
Angin bertiup lembut di sebuah pemakaman yang sepi seorang gadis menyembunyikan wajahnya di sebuah pusara, tiba-tiba angin bertiup lembut disertai dengan aroma mawar dan saat ia menatap sekitar dilihatnya setangkai bunga berwarna merah namun tidak merata digenggamannya bunga terakhir dari belahan jiwanya.
Selesai
Cerpen Karangan: Amalia Dellyanti

sumber: cerpenmu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar