Negeriku, 11 Juni 2013
Kepada YTH
Bapak Ir. Soekarno
Bapak Ir. Soekarno
Assalamualaikum, wr,wb.
Selamat malam Pak..
Salam hangat untukmu di manapun engkau berada. Aku yakin, tempatmu di sana jauh lebih tentram jika dibandingkan dengan tempatku saat ini. Aku tinggal bersama dengan saudara-saudara yang tak peduli dengan bangsanya sendiri. Aku hidup bersama teman-teman yang tak mengenal rasa nasionalisme sedikit pun. Mereka mengatakan, semua hanya omong kosong belaka. Hidup ini urusan masing-masing. Tak usah ambil pusing dengan sekitar, orang lain apalagi negara. Aku asing di tempat tinggalku sendiri. Mungkin anda mulai kasihan dengan nasibku. Apakah anda ingin tahu aku tinggal di mana? Sudah lama aku ingin mengadu padamu, tapi aku takut mengganggu kedamaianmu di sana. Tiap kali aku mengingatmu, ada gemuruh yang muncul dari dalam diri, seakan ingin marah, tapi tak kuasa. Hingga akhirnya, kuberanikan diri untuk menulis surat ini kepadamu..
Selamat malam Pak..
Salam hangat untukmu di manapun engkau berada. Aku yakin, tempatmu di sana jauh lebih tentram jika dibandingkan dengan tempatku saat ini. Aku tinggal bersama dengan saudara-saudara yang tak peduli dengan bangsanya sendiri. Aku hidup bersama teman-teman yang tak mengenal rasa nasionalisme sedikit pun. Mereka mengatakan, semua hanya omong kosong belaka. Hidup ini urusan masing-masing. Tak usah ambil pusing dengan sekitar, orang lain apalagi negara. Aku asing di tempat tinggalku sendiri. Mungkin anda mulai kasihan dengan nasibku. Apakah anda ingin tahu aku tinggal di mana? Sudah lama aku ingin mengadu padamu, tapi aku takut mengganggu kedamaianmu di sana. Tiap kali aku mengingatmu, ada gemuruh yang muncul dari dalam diri, seakan ingin marah, tapi tak kuasa. Hingga akhirnya, kuberanikan diri untuk menulis surat ini kepadamu..
Bapak Soekarno yang terhormat,
Saat ini aku tinggal di negara yang pernah anda pimpin dulu. Negeri yang anda perjuangkan kemerdekaannya. Aku sangat hafal, tak sedikit pengorbanan yang anda berikan kepada negeri ini. Tak juga sedikit harapan anda untuk kemajuan bangsa ini. Aku hanya anak desa, satu dari sekian puluh ribu putri Indonesia yang saat ini masih sangat mengenalmu. Usia kita boleh saja jauh berbeda, tapi aku cukup jelas mengenal semangatmu. Hingga hari ini, aku mewarisinya. Kita memiliki darah yang sama, darah juang untuk bebas merdeka. Tapi saat ini sudah berbeda Pak. Musuh kita tak lagi orang asing berkulit putih dan berambut pirang seperti zaman anda dulu. Musuh kita saat ini, saudara kita sendiri..
Saat ini aku tinggal di negara yang pernah anda pimpin dulu. Negeri yang anda perjuangkan kemerdekaannya. Aku sangat hafal, tak sedikit pengorbanan yang anda berikan kepada negeri ini. Tak juga sedikit harapan anda untuk kemajuan bangsa ini. Aku hanya anak desa, satu dari sekian puluh ribu putri Indonesia yang saat ini masih sangat mengenalmu. Usia kita boleh saja jauh berbeda, tapi aku cukup jelas mengenal semangatmu. Hingga hari ini, aku mewarisinya. Kita memiliki darah yang sama, darah juang untuk bebas merdeka. Tapi saat ini sudah berbeda Pak. Musuh kita tak lagi orang asing berkulit putih dan berambut pirang seperti zaman anda dulu. Musuh kita saat ini, saudara kita sendiri..
Bapak Soekarno yang aku kagumi,
Anda pasti terkejut membaca suratku ini. Maafkan aku sudah memberikan kabar yang kurang baik tentang negaramu yang kini negaraku. Tapi aku tak sanggup lagi untuk menahannya. Pasti anda tak habis pikir, mengapa saudara-saudara sebangsaku tega menjadi penjajah di negaranya sendiri? Jawabannya sangat sederhana, karena anda sudah tak lagi di sini, bersama kami.
Tak ada lagi pemimpin yang mereka hormati di negeri ini, hingga semua orang merasa dialah pemimpin. Segala kecurangan dan keserakahan secara terang-terangan dilakukan. Rakyat yang harusnya merdeka seperti yang engkau harapkan dulu, sangat jauh dari kenyataan. Aku rasa, sejak anda pergi selangkah meninggalkan kami, di saat itulah benih-benih penjajahan mulai bereaksi. Berawal dari pondasi yang cukup kuat hingga sulit untuk dirobohkan.
Anda pasti terkejut membaca suratku ini. Maafkan aku sudah memberikan kabar yang kurang baik tentang negaramu yang kini negaraku. Tapi aku tak sanggup lagi untuk menahannya. Pasti anda tak habis pikir, mengapa saudara-saudara sebangsaku tega menjadi penjajah di negaranya sendiri? Jawabannya sangat sederhana, karena anda sudah tak lagi di sini, bersama kami.
Tak ada lagi pemimpin yang mereka hormati di negeri ini, hingga semua orang merasa dialah pemimpin. Segala kecurangan dan keserakahan secara terang-terangan dilakukan. Rakyat yang harusnya merdeka seperti yang engkau harapkan dulu, sangat jauh dari kenyataan. Aku rasa, sejak anda pergi selangkah meninggalkan kami, di saat itulah benih-benih penjajahan mulai bereaksi. Berawal dari pondasi yang cukup kuat hingga sulit untuk dirobohkan.
Bapak Soekarno yang terhormat,
Sekali lagi maafkan kelancanganku yang telah berani menuliskan surat ini kepadamu. Saat ini aku bingung, terlalu banyak persoalan yang terjadi di negara ini. Lantas, apa yang harus kami perbuat sebagai generasi penerusmu? Bisakah anda hadir kembali di tengah-tengah kami? Mungkin dalam sidang atau rapat para pemimpin di meja bundar di ibukota sana? Bisakah anda menitipkan surat balasan untuk suratku ini? Agar aku bisa mengetahui apa yang harus kami perbuat selanjutnya?!
Sekali lagi maafkan kelancanganku yang telah berani menuliskan surat ini kepadamu. Saat ini aku bingung, terlalu banyak persoalan yang terjadi di negara ini. Lantas, apa yang harus kami perbuat sebagai generasi penerusmu? Bisakah anda hadir kembali di tengah-tengah kami? Mungkin dalam sidang atau rapat para pemimpin di meja bundar di ibukota sana? Bisakah anda menitipkan surat balasan untuk suratku ini? Agar aku bisa mengetahui apa yang harus kami perbuat selanjutnya?!
Bapak Soekarno yang kami rindukan,
Saat ini, kami putra-putri bangsa belum bisa berbuat banyak untuk membersihkan negeri ini dari penjajah. Kami hanya bisa melakukan tugas kami sebagai pelajar. Tapi aku dan putra-putri lain yang memiliki semangat yang sama denganmu, berjanji, suatu hari nanti kami akan memusnahkan mereka yang telah menindas negara ini hingga ke akar-akarnya. Agar anda percaya, darah juangmu benar-benar mengalir dalam darah kami.
Saat ini, kami putra-putri bangsa belum bisa berbuat banyak untuk membersihkan negeri ini dari penjajah. Kami hanya bisa melakukan tugas kami sebagai pelajar. Tapi aku dan putra-putri lain yang memiliki semangat yang sama denganmu, berjanji, suatu hari nanti kami akan memusnahkan mereka yang telah menindas negara ini hingga ke akar-akarnya. Agar anda percaya, darah juangmu benar-benar mengalir dalam darah kami.
Bapak Soekarno yang terhormat,
Terima kasih telah meluangkan waktu membaca suratku ini. Tak hentinya aku mengucapkan ribuan permintaan maaf karena telah membuatmu khawatir dengan keadaan bangsamu. Ini surat pertama dan surat terakhirku. Jangan khawatir, kami akan meneruskan perjuanganmu.
Terima kasih telah meluangkan waktu membaca suratku ini. Tak hentinya aku mengucapkan ribuan permintaan maaf karena telah membuatmu khawatir dengan keadaan bangsamu. Ini surat pertama dan surat terakhirku. Jangan khawatir, kami akan meneruskan perjuanganmu.
Salam hangat dari negerimu,
Indonesia.
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar