Minggu, 15 Januari 2017

Pencegahan Batu Empedu

Mengubah pola makan dan menurunkan berat badan bagi mereka yang mengalamiobesitas dapat membantu mencegah terbentuknya batu empedu.
Batu empedu diduga terbentuk akibat pengerasan kolesterol yang tertimbun dalam cairan empedu. Karena itu, kita sebaiknya menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang serta menghindari konsumsi makanan yang mengandung lemak dan kolestrerol tinggi. Contohnya:
  • Makanan bersantan seperti rendang, kolak, serta ketupat sayur.
  • Makanan berminyak seperti gorengan.
  • Makanan yang terbuat dari kacang-kacangan seperti sambal kacang atau kuah sate.
  • Kue dan camilan keripik.
Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras juga dapat mempertinggi risiko Anda, jadi sebaiknya jangan berlebihan. Batas konsumsi per hari yang direkomendasikan adalah 2-2,5 kaleng bir untuk pria dan maksimal 2 kaleng bir untuk wanita. Sekaleng bir biasanya berkadar alkohol sebanyak 4,7 persen.
Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan komplikasi batu empedu. Karena itu, menjaga berat badan yang sehat sangatlah penting.
Anda disarankan untuk menghindari diet ketat yang menuntut untuk mengonsumsi makanan rendah kalori dan lemak saja. Penurunan berat badan secara drastis dalam waktu singkat juga dapat mempertinggi risiko terbentuknya batu empedu.

sumber:alodokter

Komplikasi batu empedu

Batu empedu dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran empedu atau pindah ke dalam sistem pencernaan. Inilah yang biasanya menyebabkan komplikasi serius.
Radang Kantong Empedu Akut
Kolesistitis atau radang kantong empedu akut terjadi saat cairan empedu menumpuk dalam kantong empedu karena ada batu empedu yang menyumbat saluran keluarnya cairan itu.
Gejala-gejala pada kolesistitis akut di antaranya adalah sakit di perut bagian atas yang menjalar ke tulang belikat, demam tinggi, serta detak jantung yang cepat.
Antibiotik umumnya digunakan sebagai penanganan pertama untuk mengatasi infeksi sebelum operasi pengangkatan kantong empedu dilakukan. Prosedur yang digunakan biasanya adalah operasi ‘lubang kunci’.
Abses kantong empedu
Nanah terkadang dapat muncul dalam kantong empedu akibat infeksi yang parah. Jika ini terjadi, penanganan dengan antibiotik saja tidak cukup dan nanah akan perlu disedot.
Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi pada lapisan perut sebelah dalam yang dikenal sebagai peritoneum. Komplikasi ini terjadi akibat pecahnya kantong empedu yang mengalami peradangan parah. Penanganannya meliputi:
    • Infus antibiotik.
    • Operasi untuk mengangkat bagian peritoneum yang mengalami kerusakan parah.
    Penyumbatan Saluran Empedu
    Tersumbatnya saluran empedu oleh batu membuat saluran ini menjadi rentan terserang bakteri penyebab infeksi. Komplikasi ini umumnya dapat ditangani dengan antibiotik dan prosedur kolangiopankreatografi retrograd endoskopik (ERCP). Gejala pada infeksi ini adalah sakit di perut bagian atas yang menjalar ke tulang belikat, sakit kuning, demam tinggi, dan linglung.
    Pankreatitis Akut
    Pankreatitis akut juga merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi jika batu empedu keluar dan menyumbat saluran pankreas. Peradangan pankreas ini akan menyebabkan sakit yang hebat pada bagian tengah perut. Rasa sakit ini akan bertambah parah dan menjalar ke punggung, terutama setelah makan.
    Selain sakit perut, pankreatitis akut juga dapat menyebabkan gejala lain. Di antaranya adalah diare, kehilangan nafsu makan, muntah, demam tinggi, dan sakit kuning.
    Posisi bungkuk atau meringkuk mungkin dapat membantu meringankan sakit perut akibat pankreatitis akut. Komplikasi ini tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan medis khusus. Tujuan penanganan hanya untuk menopang fungsi tubuh sampai peradangan mereda dengan sendirinya. Perawatan di rumah sakit umumnya berlangsung sekitar satu minggu sebelum pasien diizinkan pulang.
    Kanker Kantong Empedu
    Penderita batu empedu memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker kantong empedu. Walau demikian, kemungkinan terjadinya sangat jarang, bahkan bagi orang yang berisiko tinggi karena faktor keturunan sekali pun. Operasi pengangkatan kantong empedu akan dianjurkan untuk mencegah kanker. Terutama jika Anda mempunyai tingkat kalsium yang tinggi di dalam kantong empedu. Gejala kanker ini hampir sama dengan penyakit batu empedu yang meliputi sakit perut, demam tinggi, serta sakit kuning.

    sumber:alodokter

    Pengobatan Batu Empedu

    Dampak dan perkembangan batu empedu berbeda-beda pada tiap orang. Oleh karena itu, ada yang merasakan gejala dan ada yang tidak. Langkah pengobatan akan disesuaikan kepada seberapa besar pengaruhnya terhadap Anda.

    Batu Empedu Tahap Awal

    Peningkatan kewaspadaan dan pemantauan secara teratur sering menjadi rekomendasi utama dalam menangani kondisi ini. Jika batu empedu tidak menyebabkan gejala apapun dalam kehidupan Anda, dokter biasanya tidak menganjurkan intervensi medis.
    Tetapi jika Anda memiliki penyakit lain yang dapat mempertinggi kemungkinan komplikasi, Anda akan dianjurkan untuk menjalani pengobatan. Jenis penyakit yang meningkatkan risiko komplikasi batu empedu adalah sirosisdiabetes, atau hipertensi portal (tekanan darah tinggi yang terjadi pada hati).
    Jika Anda memiliki batu empedu, sekaligus tingkat kalsium yang tinggi di dalam kantong empedunya, langkah pengobatan akan dianjurkan. Hal ini karena kombinasi batu empedu dan kalsium yang tinggi dapat menyebabkan kanker kantong empedu jika dibiarkan.

    Batu Empedu Tahap Lanjut

    Gejala utama perkembangan penyakit ini adalah munculnya sakit perut atau kolik bilier. Jenis pengobatannya juga tergantung pada tingkat keparahan gejala:
    • Jika Anda mengalami sakit perut ringan dan jarang muncul, dokter mungkin akan menganjurkan konsumsi obat pereda sakit (analgesik) dan pola makan sehat untuk mengendalikan gejala.
    • Jika Anda mengalami sakit perut yang hebat dan sering muncul, dokter biasanya akan menganjurkan prosedur pengangkatan kantong empedu.

    Langkah Operasi untuk Menangani Batu Empedu

    Jika gejala yang Anda alami sangat parah, kantong empedu mungkin harus diangkat melalui operasi. Tetapi Anda tidak perlu takut karena kantong empedu tidak termasuk organ penting yang Anda harus miliki untuk bertahan hidup.
    Kolesistektomi laparoskopik
    Operasi pengangkatan kantong empedu yang paling umum direkomendasikan melalui operasi ‘lubang kunci’ atau kolesistektomi laparoskopik. Operasi ini disebut operasi ‘lubang kunci’ karena ukuran sayatan yang dibuat sangat kecil, sekitar 1 cm. Operasi ini dilakukan dengan penerapan bius total, jadi Anda akan tertidur selama prosedur berlangsung sehingga tidak akan merasa sakit. Masa pemulihan yang dibutuhkan pasien biasanya sekitar 1-2 minggu.
    Kolesistektomi dengan sayatan terbuka
    Operasi ini akan dipilih jika batu empedu tidak dapat dikeluarkan dengan operasi ‘lubang kunci’ atau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk menjalani kolesistektomi laparoskopik. Misalnya karena:
    • Letak kantong empedu pasien sulit dijangkau.
    • Pasien berberat badan tinggi.
    • Pasien berada pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
    Setelah menjalani kolesistektomi dengan sayatan terbuka, pasien perlu menginap di rumah sakit selama 5-6 hari. Waktu yang dibutuhkan untuk sembuh total juga lebih lama dibandingkan dengan operasi ‘lubang kunci’, yaitu sekitar 1,5 bulan. Tetapi tingkat keefektifan operasi ini sama dengan operasi kolesistektomi laparoskopik.
    Kolangiopankreatografi Retrograd Endoskopik (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography/ERCP).
    Penyumbatan akibat batu pada saluran empedu bisa ditangani dengan prosedur kolangiopankreatografi retrograd endoskopik (endoscopic retrograde cholangiopancreatography/ERCP). Proses ini dapat dilakukan tanpa mengangkat kantong empedu. Ini berarti walau penyumbatan telah ditangani, batu-batu di dalam kantong empedu akan tetap ada.
    ERCP biasanya dilakukan dengan penerapan bius lokal dan memakan waktu sekitar 30-40 menit. Setelah menjalani prosedur ini, pasien umumnya harus menginap satu malam di rumah sakit untuk pemantauan kondisi.
    Asam Ursodeoksikolat
    Batu empedu berukuran kecil yang tidak mengandung kalsium dapat ditangani dengan asam ursodeoksikolat. Obat ini mampu melarutkan batu empedu. Tetapi obat ini jarang direkomendasikan untuk menangani batu empedu karena:
    • Tingkat keefektifannya yang rendah.
    • Pasien harus meminumnya untuk waktu lama (terkadang lebih dari satu tahun).
    • Batu empedu dapat kembali muncul jika konsumsi dihentikan.
    Asam ursodeoksikolat juga tidak dianjurkan bagi wanita hamil atau menyusui. Obat ini juga dapat mempengaruhi keefektifan pil KB. Karena itu, wanita pengguna pil KB dianjurkan menggantinya dengan alat pengaman seperti kondom jika mengonsumsi obat ini.
    Selain sebagai pengobatan, asam ursodeoksikolat juga dianjurkan untuk mencegah terbentuknya batu empedu bagi mereka yang berisiko tinggi.

    Pengaruh dari Pola Makan

    Mengubah pola makan dengan hanya mengonsumsi makanan rendah lemak tidak dapat menyembuhkan batu empedu, melainkan menjaga pola makan yang sehat dan seimbang dapat membantu kita untuk menjaga kesehatan serta mengurangi rasa sakit akibat batu empedu.

    sumber:alodokter

    Diagnosis Batu Empedu

    Jika merasakan gejala-gejala yang mengindikasikan terjadinya komplikasi, sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter. Sebagai langkah awal, Anda akan menjalani pemeriksaan fisik. Kantong empedu berada di bagian kanan atas perut. Pasien akan diminta menarik napas, kemudian dokter akan menekan bagian kanan atas perut. Jika terasa sakit, kemungkinan terdapat peradangan pada kantong empedu.
    Jika terbukti demikian, tes lanjutan akan dianjurkan dokter untuk memastikan tingkat keparahan peradangannya.
    Tes darah
    Tes darah bisa dilakukan untuk memeriksa apakah terjadi infeksi atau untuk memeriksa fungsi hati pasien. Fungsi hati akan terganggu jika ada batu empedu yang berpindah ke saluran empedu.
    USG
    Jenis USG yang akan Anda jalani sama dengan tes USG untuk memeriksa kehamilan. Tetapi USG akan diarahkan ke bagian perut atas.
    CT scan
    Jika pasien mengalami sakit perut hebat, jenis pemindaian ini sering digunakan sebagai pemeriksaan darurat dalam proses diagnosis. CT scan juga digunakan untuk memeriksa apakah terjadi komplikasi akibat batu empedu, misalnya pankreatitis akut.
    MRI scan
    Proses pemindaian yang mendetail ini dilakukan untuk memeriksa keberadaan batu empedu di dalam saluran pencernaan.
    Kolangiografi
    Kolangiografi dilakukan untuk memeriksa keberadaan batu di dalam saluran pencernaan termasuk saluran empedu. Pemeriksaan dengan kolangiografi menggunakan sejenis tinta yang disuntikkan ke dalam aliran darah pasien. Dengan tinta ini, saluran pencernaan dapat dipelajari setelah gambar X-ray diambil. Jika saluran empedu berfungsi dengan baik, tinta yang terserap akan berhasil mengalir ke dalam hati, saluran empedu, usus, dan kantong empedu.

    sumber:alodokter

    Penyebab Batu Empedu

    Penyebab utama munculnya batu empedu diduga akibat adanya ketidakseimbangan antara kolesterol dan senyawa kimia dalam cairan empedu. Serpihan kristal yang terbentuk akan berkembang menjadi batu dan biasanya dalam waktu bertahun-tahun.
    Penimbunan senyawa kimia yang umumnya terdapat dalam kantong empedu saat batu tersebut terbentuk adalah kolesterol dan bilirubin (limbah dari penghancuran sel darah merah). Hampir 80 persen batu empedu berbahan dasar kolesterol dan sekitar 20 persen berbahan dasar bilirubin. Bilirubin adalah suatu pigmen yang ditemukan dalam cairan empedu.
    Ukuran batu empedu yang terbentuk juga bermacam-macam. Ada yang sekecil butir pasir dan ada yang sebesar bola pingpong. Begitu juga dengan jumlahnya. Ada orang yang hanya memiliki satu buah batu dan ada yang lebih.
    Kemungkinan munculnya batu empedu berbeda-beda pada tiap orang. Secara spesifik, wanita berisiko dua kali lebih tinggi dibandingkan pria. Terutama wanita yang pernah hamil, mengonsumsi pil KB, atau menjalani terapi hormon berdosis tinggi.
    Berikut ini adalah faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko untuk mengidap batu empedu:
    • Berusia di atas 40 tahun.
    • Sedang hamil.
    • Memiliki anggota keluarga dengan penyakit yang sama.
    • Sering mengonsumsi makanan berlemak atau berkolesterol tinggi.
    • Kekurangan serat dalam pola makan.
    • Penderita diabetes.
    • Kelebihan berat badan atau mengalami obesitas.
    • Penderita sirosis.
    • Penderita gangguan pencernaan, misalnya penyakit Crohn dan sindrom iritasi usus.
    • Orang yang menggunakan ceftriaxone, yaitu antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati pneumoniameningitis, dan gonore.
    • Orang yang mengalami penurunan berat badan secara drastis.
    sumber:alodokter

    Gejala Batu Empedu

    Batu empedu umumnya tidak menyebabkan penyakit. Gejala hanya muncul jika batu ini menyumbat saluran kantong empedu atau saluran pencernaan lainnya. Gejala utama yang biasanya dialami adalah sakit perut yang datang secara tiba-tiba atau disebut dengan kolik bilier.
    Rasa sakit ini dapat terjadi pada beberapa bagian perut. Di antaranya adalah bagian tengah perut atau di atas, kanan perut. Rasa sakit ini juga bisa menyebar ke sisi tubuh atau tulang belikat. Gejala sakit perut ini juga bervariasi, misalnya:
    • Dapat muncul kapan saja.
    • Dapat berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam.
    • Tidak akan berkurang meski sudah ke toilet, kentut, atau muntah.
    • Frekuensi kemunculannya jarang tapi bisa dipicu oleh makanan dengan kadar lemak yang tinggi.
    Jika batu empedu menyebabkan penyumbatan pada salah satu saluran pencernaan, gejala-gejala berikut dapat muncul:
    • Sakit perut yang terus-menerus atau selalu kembali.
    • Demam tinggi.
    • Sakit kuning
    • Detak jantung yang cepat.
    • Gatal-gatal pada kulit.
    • Kehilangan nafsu makan.
    • Mual dan muntah.
    Penting bagi Anda untuk mewaspadai kolik bilier walau gejalanya terasa sepele dan tidak konsisten. Segera periksakan diri Anda ke dokter jika Anda mengalami sakit perut hebat yang berlangsung lebih dari delapan jam, sakit kuning atau demam.

    sumber:alodokter

    Batu Empedu

    Empedu adalah cairan dalam kantong empedu yang berperan dalam pencernaan lemak. Jika cairan ini mengeras, maka akan terbentuk batu empedu.
    Ukuran batu empedu bermacam-macam. Ada yang sekecil butiran pasir dan ada yang sebesar bola pingpong. Jumlah batu yang terbentuk dalam kantong empedu juga bervariasi, misalnya ada orang yang hanya memiliki satu buah batu dan ada yang lebih banyak.

    Penyebab Terbentuknya Batu Empedu

    Batu empedu diduga terbentuk akibat pengerasan kolesterol yang tertimbun dalam cairan empedu. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kolestrol dan senyawa kimia dalam cairan tersebut.
    Batu empedu umumnya tidak menyebabkan sakit, jadi tidak membutuhkan penanganan khusus. Tetapi jika batu ini menyumbat saluran kantong empedu, penderita akan mengalami gejala sakit pada bagian kanan perut yang datang secara tiba-tiba atau istilah medisnya kolik bilier.
    Berikut adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena batu empedu:
    • Faktor usia. Risiko penyakit batu empedu akan bertambah seiring usia. Penyakit ini umumnya dialami orang yang berusia di atas 40 tahun.
    • Jenis kelamin. Risiko wanita untuk terkena penyakit batu empedu dua kali lebih tinggi dibandingkan risiko pria.
    • Dampak melahirkan. Wanita yang pernah melahirkan memiliki risiko lebih tinggi. Penyebabnya mungkin karena meningkatnya kadar kolesterol akibat perubahan hormon selama masa kehamilan.
    • Pengaruh berat badan. Risiko Anda akan meningkat jika mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

    Langkah Pengobatan Untuk Mengatasi Batu Empedu

    Keberadaan batu empedu biasanya tidak mengganggu kesehatan. Tetapi jika menyebabkan gejala yang mengganggu atau jika terjadi komplikasi, penyakit ini harus ditangani.
    Penanganan untuk batu empedu umumnya dengan operasi pengangkatan kantong empedu. Walau fungsi organ ini penting, tubuh kita tetap bisa bertahan tanpa memilikinya. Tanpa kantong empedu, hati akan tetap mengeluarkan cairan empedu yang membantu dalam pencernaan lemak.
    Jenis operasi yang umum direkomendasikan adalah operasi ‘lubang kunci’ atau istilah medisnya kolesistektomi laparoskopik. Jenis operasi ini dianjurkan karena metodenya yang sederhana dengan tingkat risiko komplikasi yang rendah.

    Komplikasi Akibat Batu Empedu

    Walau sangat jarang terjadi, batu empedu dapat menyebabkan komplikasi pada tubuh. Salah satunya adalah inflamasi kantong empedu (kolelitiasis) dengan gejala:
    Pankreatitis akut juga merupakan salah satu risiko yang berbahaya jika batu empedu masuk dan menghambat saluran pankreas. Peradangan pankreas ini akan menyebabkansakit perut yang akan terus bertambah parah.

    sumber:alodokter

    Radang Usus

    Radang usus adalah kondisi yang menyebabkan usus mengalami inflamasi atau peradangan. Radang usus sendiri terbagi menjadi dua, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. Kedua kondisi ini diakibatkan oleh peradangan kronis pada bagian gastrointestinal (sistem pencernaan). Kondisi ini muncul karena reaksi keliru dari sistem kekebalan tubuh terhadap jaringan pencernaan yang normal dan sehat.
    Kolitis ulseratif adalah peradangan kronis yang terbatas pada usus besar atau kolon saja. Sedangkan penyakit Crohn sendiri adalah peradangan yang bisa terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke anus.
    Terdapat dua kondisi lain yang terkait dengan radang usus, yaitu kolitis collagenous dan kolitis limfosistik. Kedua kondisi ini lebih dikenal dengan istilah kolitis mikroskopik. Keduanya adalah jenis radang usus yang cukup langka.

    Gejala Radang Usus

    Radang usus adalah penyakit jangka panjang yang biasanya gejala muncul dan menghilang selama beberapa waktu Tingkat keparahan gejala yang muncul tergantung pada bagian mana saja yang mengalami peradangan. Beberapa gejala yang umumnya terjadi adalah:
    • Nyeri atau sakit pada bagian perut.
    • Penurunan berat badan.
    • Nafsu makan berkurang.
    • Diare bercampur darah dan bersifat kambuhan.
    • Merasa sangat lelah.
    • Mengalami mual dan demam.
    Perlu diingat bahwa gejala yang muncul pada orang-orang tidaklah sama. Kondisi ini akan datang dan pergi selama kurun waktu yang lama. Ketiak kambuh, gejala bisa ringan atau sangat parah.

    Penyebab Radang Usus

    Hingga kini, radang usus belum diketahui penyebab dasarnya. Pola makan dan tingkat stres seseorang bisa meningkatkan risiko seseorang menderita radang usus, tapi keduanya bukanlah menjadi penyebab utama. Yang diketahui  adalah malafungsi sistem kekebalan tubuh menyebabkan peradangan. Namun belum diketahui apa penyebab kekeliruan sistem imun tubuh.
    Selain itu, faktor keturunan juga diduga memiliki pengaruh pada munculnya radang usus. Risiko seseorang akan lebih tinggi apabila ada keluarga dekat yang menderita radang usus.
    Berikut ini beberapa faktor lain yang turut meningkatkan risiko Anda menderita radang usus.
    • Merokok. Kegiatan ini sangat meningkatkan risiko terkena penyakit Crohn.
    • Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). Beberapa obat-obatan dalam kelompok OAINS bisa meningkatkan risiko mengalami radang usus, misalnya ibuprofen,naproxendiclofenac dan lainnya.

    Diagnosis Radang Usus

    Diagnosis terhadap radang usus akan dilakukan oleh dokter setelah memeriksa tanda dan gejala yang muncul. Serangkaian tes dilakukan oleh dokter untuk memastikan diagnosis radang usus. Berikut ini adalah beberapa tes yang mungkin perlu dilakukan oleh dokter.
    • Tes darah. Tes darah akan dilakukan untuk mengetahui apakah tubuh mengalami anemia atau infeksi bakteri maupun virus. Tinja juga diteliti untuk memeriksa apakah ada darah.
    • Prosedur endoskopi. Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat melihat bagian dalam sistem pencernaan Anda dan mengambil sampel jaringan untuk diperiksa di laboratorium.
    • Tes pencitraan. Beberapa prosedur pencitraan seperti X-ray, CT scan, MRI, dan pencitraan sistem pencernaan juga bisa dilakukan.

    Pengobatan Radang Usus

    Hingga kini, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan radang usus. Pengobatan dan penanganan yang dilakukan hanya untuk meredakan gejala yang muncul atau untuk mencegah kambuhnya gejala. Untuk gejala ringan, mungkin tidak diperlukan pengobatan. Biasanya, gejala ringan akan menghilang dalam beberapa hari.
    Selain meredakan gejala yang muncul, pengobatan juga dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi yang mungkin terjadi. Penanganan yang dilakukan bisa berbentuk obat-obatan, terapi, maupun operasi.
    Obat-obatan yang akan diberikan untuk mengatasi radang usus adalah:
    • Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). Obat ini biasanya akan diberikan pertama kali untuk mengatasi radang usus. Obat ini berfungsi mengurangi inflamasi yang terjadi. Obat yang biasanya digunakan adalah aminosalicylate dan kortikosteroid.
    • Obat imunosupresan. Obat ini berfungsi untuk menghalangi aktivitas sistem kekebalan tubuh yang merusak atau membahayakan. Obat ini akan mengurangi inflamasi yang terjadi. Beberapa contoh obat imunosupresan adalah azathioprine,cyclosporine, dan infliximab. Bagi beberapa orang, kombinasi beberapa obat berfungsi lebih baik daripada hanya mengonsumsi satu jenis obat saja.
    • Antibiotik. Obat ini bisa diberikan sebagai tambahan dari obat-obatan lainnya, terutama apabila terjadi infeksi. Penderita kolitis ulseratif mengonsumsi antibiotik untuk mengendalikan infeksi yang terjadi. Contoh obat antibiotik yang umumnya digunakan adalah metronidazole dan ciprofloxacin.
    • Obat-obatan lain. Terdapat obat-obatan lain untuk mengatasi gejala yang muncul akibat radang usus selain terjadinya inflamasi. Tanyakan pada dokter sebelum Anda mengonsumsi obat bebas yang bisa dibeli di apotek. Obat anti-diare, pereda rasa sakit, suplemen zat besi, suplemen vitamin, dan kalsium mungkin akan diberikan tergantung kondisi dan gejala yang muncul.
    Jika penanganan yang dilakukan untuk meringankan gejala radang usus tidak bisa membantu, prosedur operasi mungkin perlu dilakukan. Penderita kolitis ulseratif dengan gejala yang cukup parah biasanya tidak akan merespons penanganan dengan obat-obatan. Operasi dilakukan untuk mengangkat bagian dari usus besar yang mengalami peradangan parah.
    Pada penderita penyakit Crohn, operasi dilakukan untuk mengangkat bagian yang sudah rusak dan menyambungkan kembali saluran pencernaan yang masih sehat. Setelah operasi, konsumsi obat-obatan perlu dilanjutkan untuk mencegahnya kambuh lagi.

    Komplikasi Radang Usus

    Radang usus yang terbagi menjadi penyakit Crohn dan kolitis ulseratif bisa memunculkan beberapa komplikasi jika peradangannya tidak terkendali. Berikut ini komplikasi yang mungkin terjadi akibat penyakit Crohn:
    • Tukak. Apabila peradangan yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama atau kronis, bisa mengakibatkan munculnya tukak pada sistem pencernaan Anda, seperti pada mulut, usus halus dan juga anus.
    • Fistula. Tukak yang sudah dalam hingga membentuk lubang pada dinding saluran pencernaan akan menyebabkan fistula. Fistula adalah koneksi abnormal antara beberapa bagian tubuh misalnya usus dengan organ lain menjadi terhubung. Fistula akan mengganggu pencernaan dan penyerapan makanan. Fistula bisa terinfeksi dan bisa membahayakan jika tidak ditangani dengan benar.
    • Obstruksi usus. Penyakit Crohn bisa memengaruhi ketebalan dinding usus. Akibatnya, penyaluran hasil pencernaan makanan bisa tertutup. Untuk mengangkat bagian yang bermasalah, akan diperlukan prosedur operasi.
    • Kanker kolon (usus besar). Risiko Anda terkena kanker kolon akan meningkat ketika penyakit Crohn memengaruhi usus besar. Bagi penderita penyakit Crohn, disarankan melakukan prosedur kolonoskopi secara teratur.
    • Fisura ani. Munculnya luka robek pada jaringan di sekitar dinding anus atau pada kulit di sekitar anus. Luka ini bisa menjadi lokasi munculnya infeksi. Anda akan merasakan sakit dan pendarahan saat buang air besar.
    • Malanutrisi. Tubuh akan kesulitan menyerap nutrisi karena munculnya peradangan yang terjadi dan gejala seperti mual dan diare. Kondisi yang sering terjadi pada penderita radang usus adalah defisiensi zat besi dan vitamin B12.
    • Efek samping obat-obatan. Obat-obatan untuk penyakit Crohn yang berfungsi menghalangi kinerja sistem kekebalan tubuh berisiko menyebabkan kanker limfomadan kanker kulit. Kortikosteroid juga berisiko menyebabkan kerapuhan tulang, katarak, glaukoma, dan kadar gula tinggi.
    Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada kolitis ulseratif adalah:
    • Muncul lubang pada usus besar.
    • Pendarahan dalam.
    • Dehidrasi.
    • Peradangan pada kulit, mata dan persendian.
    • Risiko terkena kanker kolon meningkat.
    • Risiko penggumpalan darah meningkat.
    sumber:alodokter

    Komplikasi Sakit Maag

    beberapa contoh komplikasi yang berkaitan dengan sakit maag adalah:
    • Penyempitan esofagus. Penyempitan atau striktur esofagus bisa saja terjadi pada seseorang yang sering mengalami sakit maag akibat refluks asam. Asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat menimbulkan jaringan parut di kerongkongan dan mempersempit saluran tersebut. Gejala yang bisa muncul berupa sulit menelan dan nyeri dada.
    • Esofagus Barrett. Serupa dengan penyempitan esofagus, esofagus Barrett disebabkan oleh paparan asam lambung di kerongkongan secara terus-menerus. Namun pada kasus ini, sel-sel yang terdapat di lapisan bagian bawah kerongkongan berubah menjadi sel kanker. Perubahan sel tersebut berisiko mengarah kepada kanker kerongkongan.
    • Stenosis pilorus. Kondisi ini disebabkan oleh paparan asam lambung pada area pilorus (bagian antara lambung dan usus halus) dalam jangka panjang. Paparan menimbulkan jaringan parut dan mempersempit pilorus. Akibatnya makanan menjadi tidak tercerna dengan baik. Selain itu, muntah-muntah juga bisa dialami oleh penderita stenosis pilorus.
    sumber:alodokter

    Pengobatan Sakit Maag

    Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meredakan sakit maag, di antaranya:
    • Mengurangi atau menghentikan konsumsi zat kafein atau alkohol apabila sakit maag disebabkan oleh kedua zat tersebut.
    • Menghindari makanan-makanan yang bisa memicu sakit maag atau membagi porsi makan ke dalam jadwal makan yang baru (misalnya sebelumnya Anda makan tiga kali sehari, namun masing-masing dalam porsi besar, Anda bisa mengubahnya menjadi empat atau lima kali sehari dengan porsi masing-masing yang lebih sedikit).
    • Tidak membiarkan diri dikuasai oleh rasa cemas dan mengendalikan stres. Apabila Anda tidak mampu melakukannya, minta bantuan psikiater. Teknik relaksasi atau terapi perilaku kognitif merupakan contoh pengobatan yang mungkin disarankan.
    • Menghentikan konsumsi ibuprofen atau aspirin jika sakit maag disebabkan oleh obat-obat tersebut. Selanjutnya, konsultasikan kepada dokter untuk menentukan obat pengganti.
    Obat-obatan
    Pada kasus sakit maag persisten, penggunaan obat-obatan adalah pilihan utama untuk mengatasi kondisi ini. Beberapa contoh obat yang biasanya diresepkan dokter adalah:
    • Antasida. Obat ini mampu menetralkan asam lambung berlebih agar tidak mengiritasi dinding saluran pencernaan. Antasida dapat dibeli tanpa resep untuk mengatasi gejala sakit maag yang masih tergolong ringan atau menengah.
    • Obat antagonis reseptor H2 (H2RA). Obat ini mampu mengurangi jumlah asam lambung.
    • Obat penghambat pompa proton (PPI). Sama seperti H2RA, obat-obatan PPI bertujuan mengurangi kadar asam lambung. Selain itu, obat ini juga bisa diresepkan untuk penderita sakit maag yang mengalami gejala panas dan nyeri di tengah dada.
    • Alginat. Obat ini biasanya diresepkan pada kasus sakit maag yang disebabkan oleh refluks asam lambung.
    • Antibiotik. Obat ini akan diresepkan dokter jika sakit maag yang terdeteksi disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori.
    • Prokinetik. Obat ini mampu meredakan gejala sakit maag dengan cara mempercepat pencernaan makanan.
    • Obat antidepresan. Obat ini bisa saja diresepkan dokter guna mengurangi gejala nyeri saat sakit maag.
    sumber:alodokter

    Diagnosis Sakit Maag

    Sebagian besar kasus sakit maag tidak membutuhkan pemeriksaan dokter, namun temuilah dokter jika sakit maag Anda sering kumat dan Anda:
    • Sudah berusia 55 tahun ke atas
    • Sering muntah
    • Mengalami disfagia atau sulit menelan
    • Mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
    • Mengeluarkan muntah atau tinja yang disertai darah
    Selain itu, pemeriksaan dokter juga perlu dilakukan bagi penderita sakit maag persisten yang tengah menderita anemia defisiensi zat besi atau sakit maag persisten tersebut menyebabkan munculnya benjolan di area sekitar lambung.
    Contoh-contoh pemeriksaan lanjutan yang mungkin diterapkan oleh dokter, di antaranya:
    • Pemeriksaan gangguan metabolisme dan gangguan tiroid yang dilakukan di laboratorium.
    • Endoskopi dan pengambilan sampel jaringan (biopsi) untuk mendeteksi adanya masalah pada saluran pencernaan bagian atas.
    • Pemeriksaan tinja dan napas untuk mendeteksi keberadaan bakteri Helicobacter pylori.
    • Pemindaian dengan CT scan atau X-ray untuk mendeteksi adanya obstruksi usus.
    sumber:alodokter